Tempat berbagi Cerita Seks & Cerita Dewasa Sex, Cerita Sex 2016, Eseks Eseks, Terbaru, Cerita Sex Terbaru, Seks dan Tips Bercinta : Cerita Sex Ngentot Mama Muda. Winda seseorang ibu muda, 26 th. yang sudah bertemumi serta memiliki seseorang anak berusia 1 th. di letakkan di Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman-Sumatera Barat. Kabupaten itu populer dengan magisnya yang kuat, terdapat di pesisir selatan Sumatera Barat. Untuk kariernya di suatu Bank swasta pemerintah, ia sangat terpaksa bolak balik Padang – Lubuk Sikaping setiap akhir minggu berkunjung ke sang suami sebagai dosen pada suatu Kampus di kota Padang.
Cerita Sex Ngentot Mama Muda
Cerita Sex Ngentot Mama Muda |
Baca Juga : Cerita Sex 2016Tidak seperti umumnya walau jam sudah memberikan jam 17. 50, bis tidak kunjung juga melalui. Winda jadi gelisah lantaran umumnya bis ke Padang sangatlah banyak. Bila tak memperoleh yang segera ke Padang, Winda transit dahulu di Bukittinggi, serta naik travel dari Bukittinggi. Kegelisahannya waktu menanti ini dipandang oleh ibu yang memiliki kost Winda. Ia lantas memanggil Winda serta menyampaikan bahwa adiknya Johan juga ingin ke Padang untuk membawa muatan yang bakal di bongkar di Padang. Dengan sedikit basa basi Winda berupaya menampik tawarannya ini, tetapi mengingat Winda mesti pulang serta bersua suami serta anaknya, jadi tawaran ini Winda terima. Yah, lantas Winda naik truknya ini menuju Padang.
Sepanjang perjalanan Winda berupaya untuk berlaku sopan serta akrab dengan lelaki adik yang memiliki kostnya ini yang pada akhirnya Winda kenali bernama Johan. Usianya waktu ini seputar 45 th.. Lantas mereka ikut serta percakapan yang mulai akrab, sama-sama bercerita dari mulai pekerjaan Winda juga pekerjaan Johan juga sebagai seseorang sopir truk antar daerah. Iapun bercerita perihal pengalamannya berkunjung ke beragam daerah di pulau Sumatera serta Jawa. Winda mendengarkannya dengan baik. Dia bercerita perihal sukai duka juga sebagai sopir, juga perihal stigma beberapa orang perihal karakter sopir yang kerap beristri di tiap-tiap daerah. Windapun memberi respon seadanya, bisa dimaklumi lantaran Winda yang dibesarkan dalam keluarga pegawai negeri tak demikian tahu kehidupan sopir. Windapun bercerita juga perihal pekerjaannya di bagian perbankan serta sukai dukanya. Iapun pernah memberikan pujian pada Winda yang ingin di letakkan diluar daerah, serta ikhlas meninggalkan keluarga di kota Padang. Ya Winda tentu memberi argumen yang dapat di terima serta masuk akal. Winda juga memujinya perihal ketekunannya berkerja mencari sesuap nasi serta tidak ingin menggantungkan hidup pada keluarga kakaknya yang termasuk juga ada. Iapun berkata bahwa truk yang ia sopiri ini punya kakaknya ini, sesudah ia serta suaminya pensiun dari guru. Sedang anak-anak kakaknya ini telah bekeluarga seluruhnya, juga bekerja di sebagian kota di Sumatera juga Jakarta.
Sepanjang perjalanan ini mereka makin akrab. Winda pernah ajukan pertanyaan perihal keluarga Johan. Ia terlihat sedih, menurut dia sang istri minta cerai dengan membawa dan 2 orang anaknya. Istrinya meminta cerai lantaran ada hasutan dari keluarganya bahwa seseorang sopir sukai menelantarkan keluarga. serta Johan memberitahu dianya karena musabab ia bercerai dengan komplit. Walau sebenarnya untuk Winda waktu ini, hal semacam itu tidaklah demikian utama, tetapi juga sebagai lawan bicara yang baik sepanjang di perjalanan tambah baik dengarkan saja. Sampai pada akhirnya Winda hingga di dekat tempat tinggalnya di Padang.
Winda di jemput suaminya di perempatan jalan by pass ini, Winda pernah memperkenalkan Johan pada suami serta suaminya, serta mengatakan terima kasih atas bantuannya. Tidak lupa Winda tawarkan berkunjung untuk makan kerumahnya, tetapi Johan dengan sopan menampiknya dengan argumen barang muatan truknya mesti di bongkar secepat-cepatnya. Serta mereka juga berpisah di perempatan by pass ini. Sejak Winda mengetahui Johan, Winda pada akhirnya kerap menumpang truknya ke Padang. Winda jadi tak cemas lagi bila tak ada bis umum yang bakal ke membawanya ke Padang.
Sejauh ini, keakraban Winda serta Johan, mereka masih juga dalam batas – batas yang di tetapkan etika orang-orang Minang. Ya terkadang dalam perjalanan bila perut lapar, mereka berkunjung untuk makan serta Winda senantiasa berupaya untuk membayar, karena juga sebagai seseorang wanita senantiasa ada perasaan tak enak, bila seluruhnya jadi tanggungannya. Winda tidak ingin terlampau banyak berhutang budi pada orang. Tersebut prinsip yang diyakininya dari kecil. Saat sepanjang ke Padang telah gratis, makan gratis juga? ? Peristiwa pulang ke Padang seakan sudah umum untuk Winda berbarengan Johan. Terkadang dia tak ke Padang, cuma ke Bukittinggi, Winda juga turut menumpang, lantas dari Bukittinggi Winda naik travel atau bis. Winda juga pada akhirnya sudah berasumsi Johan seperti kakaknya sendiri. Ini lantaran ia kerap memberikannya petuah perihal hidup, umpamanya mesti banyak sabar bila jadi istri, juga sikapku yang baik dimata ibu kost kakaknya ini. Kadang-kadang Winda kerap membawakan oleh-oleh untukt ibu kostnya bila pulang, kadang-kadang Winda menyisihkan buat Johan, ya walau harga nya tak seberapa tetapi ia sangat suka.
Sepanjang 2 bln. ini Winda senantiasa berbarengan Johan bila ke Padang. Awalilah Johan berlaku aneh. Saat ini dia jadi kerap bicara jorok serta tabu. Juga ia mulai berani ajukan pertanyaan perihal bagaimana Winda terkait dengan suami, berapakah lama suaminya dapat bertahan serta berapakah kali Winda terkait sepanjang satu minggu. Pertanyaan-pertanyaannya itu sudah pasti membuatnya terasa risih serta tak enak hati. Winda terkadang berupaya untuk pura-tidur tidur bila ia mulai bicara perihal beberapa hal yg tidak layak ini. Walau ia mulai aneh serta bicara perihal beberapa hal yang cabul ini. Winda bersukur sampai sekarang ini Johan tak jenis macam kepadanya. Winda mengerti mungkin saja Johan tengah stress disebabkan hidupnya yang sendiri ini, tetapi Winda tak menanggapinya, serta seperti angin lantas saja. Sampai sampailah waktu Winda pulang dengannya untuk beberapa kali, ia berupaya memegang jemari tangannya. Winda sudah pasti kaget serta kuatir, sekalian takut. Winda segera menarik tangannya dari genggaman Johan. “Da jaan da, Winda alah balaki serta punyo anak ketek, apo uda ndak ibo membuek Winda kecewa (bang janganlah bang, , , , Winda mempunyai suami serta anak yang masih tetap kecil, , apa abang tega bikin Winda kecewa) ? ” ucap Winda. Winda juga meneror bakal menyampaikan perlakuannya ini pada kakaknya. Johanpun lalu melepas tangannya yang bakal kembali mencapai jemarinya. Winda juga berkatag padanya. “Cukuik hingga disiko sajo da, Winda indak ka manumpang oto uda lai (Winda akan tidak menumpang truk abang lagi) ”. Sampai Winda hingga di Padang Winda cuma berucap terima kasih lantas diam. Winda masih tetap jengkel. Diapun kelihatannya agak takut.
Tetapi Winda tidak paham apa yang membuatnya jadi seperti tadi. Nyaris sepanjang satu bulan itu Winda tak lihat Johan dirumah kakaknya, tetapi truknya masih tetap nongkrong di halaman samping tempat tinggal induk ini. Sepanjang ini Winda pulang naik bis yang terkadang transit di Bukittinggi. Winda tidak paham kemana ia pergi, tetapi Winda bertanya pada ibu kosnya, serta Winda diberi tahu bahwa Johan tengah berkunjung ke bekas istrinya untuk menjenguk anaknya. Windapun larut dengan rutinitasnya seperti umum. Tetapi hatinya yang semula jengkel, dongkol serta geram pada Johan tanpa ada sadari Winda perasaannya mulai beralih. Tiba – tiba saja Winda jadi sangatlah mau bersua serta mau numpang pulang dengan truknya. Ya, Winda seolah rindu berat. Hari jumat sore ini dengan masih tetap kenakan pakaian kerja serta penutup kepala, Windapun ingin saja di ajak pulang bareng dengan Johan yang mengantarkan muatan truknya ke Padang. Mereka pergi jam 1/2 lima. Lantas dalam perjalanan lelaki berbadan tegap itu kembali bicara ini, tentangg jalinan laki-laki serta wanita dan karakter wanita yang mempunyai libido tersembunyi. Juga kekuatannya terkait tubuh dengan lawan type. Winda jadi mendengar dengan cermat serta sesekali berikan komentar. Mungkin saja saja lantaran lama tak tersalur atau laki – laki ini mempunyai kekuatan lebih dalam jalinan tubuh, juga mungkin saja pertolongan obat pemanbah perkasaant pria, komentar Winda.
Kelihatannya wanita muda itu tak perduli lagi bakal omongan joroknya Johan. Sampai senja. Seputar jam 7 melalui mereka turun singgah dirumah makan di pinggiran jalan di Bukittinggi untuk beristirahat sesaat sembari isi perut. Anehnya waktu ini Winda membiarkan saja waktu tangannya di gandeng oleh Johan. Mereka makan dengan lahapnya. Serta sesudah makan mereka berkemas serta pergi untuk meneruskan perjalanan menuju Padang Mobil mulai jalan meninggalkan tempat tinggal makan. Cocok lewat daerah Bukit Ambacang daerah yang dulunya tempat pacuan kuda ini mungkin saja lantaran perut telah kenyang, serta dinginnya hawa malam yang berembus dari celah kaca mobil, Winda jadi mengantuk. Winda menumpukan kepalanya ke kaca jendela mobil, namun lantaran jalan yg tidak rata, kepala Winda kerap terantuk. Lantas Johan tawarkan, agar Winda tak terantuk kaca supaya Winda mendekat kearahnya, serta bertumpu di bahunya. ”Win…daripado adiek ndak dapat lalok, labiah elok cubo sanda an kapalo di bahu uda (Winda dari pada gak dapat tidur, tambah baik rebahkan kepalamu di bahu abang) ” kata Johan. ”Ndak usahlah da, kan uda sadang manyopir, beko jadi mambuek uda ndak dapat manyopir elok – elok, apolagi iko kan lah malam (tidak usahlah bang,, kan abang tengah nyetir, kelak jadi buat abang tak dapat nyetir dengan baik. terlebih itu malam bang) ” kata Winda menampik dengan halus serta tidak ingin mendekat walau sebenarnya waktu ini Winda sudah ngantuk berat.
Dengan samping tangannya Johan mencapai tangan wanita muda ini serta menariknya supaya mendekat, serta semakin mendekat sampai duduk mereka jadi melekat bersisian serta cuma di batasi handel persneling mobil. Winda pada akhirnya menurut serta merebahkan kepalanya di bahunya lelaki itu. Winda terlelap sebentar. Walau sebenarnya hati kecil Winda waktu ini berbisik bahwa ini salah besar, serta Winda tahu ini sangat sangatlah tak bisa. Tetapi Winda juga rasakan dorongan yang jauh semakin besar untuk membiarkan ini berlangsung. Waktu terpejam serta dalam situasi 1/2 tertidur ini tanpa ada Winda mengerti, tiba – tiba suatu kecupan menimpa pipi serta bibirnyanya. Wanita muda ini kaget serta segera bereaksi. Segera ia menampikkan muka Johan dengan tangannya. Johan juga hentikan kecupannya walau tangan kirinya masih tetap merangkul bahu Winda supaya terus rapat melekat pada dianya. Winda berupaya melepas tangan Johan pada bahu kirinya serta mengingatkan supaya ia konsentrasi ke jalan. ”Da sadarlah da, iko kan di jalan raya dapat cilako beko, caliak tu mobil lain kancang – kancang (Bang sadar bang itu jalan raya dapat kecelakaan, mobil lain pada ngebut tuh) ” kata Winda mengingatkan. Johan juga menurut serta kembali berkosentrasi mengemudikan truknya.. Selang beberapa saat waktu truknya jalan perlahan-lahan lantaran macet di daerah Padangpanjang, waktu Winda yang masih tetap merebahkan kepalanya pada bahu Johan, terperanjat lantaran tiba – tiba saja lantaran bibir berkumis Johan hampiri bibir tipisnya serta mengecupnya sepintas. Winda segera terbangun serta duduk kembali menjauh dari bahunya.
Perasaannya sangatlah dongkol tak dapat berkata – kata terlebih berbuat kasar ” Eh da Johan ko ndak mangarati juo, Winda mintak jaan di ulangilah, badoso da, apo kato urang beko bila mancaliak tadi (Eh bang Johan itu tak juga ngerti, Winda mohon jgn di lagi lagi itu, dosa bang apa kelak kata org bila saksikan kita waktu ini tadi)? ”. Tetapi, Johan sang sopir dia terus beberapa enjoy saja, seolah – bakal Winda mengizinkan Johan berlaku sekian ” Abihnyo Winda mambuek uda galigaman (habis Winda buat abang gemas) ” jawabnya sembari mohon maaf. Kembali wanita muda itu diam membisu sepanjang perjalanan, tak menggubris apa pun yang Johan katakanKembali tangan kiri Johan mencapai bahu Winda untuk mrengkuhnya supaya kembali rebah pada bahunya. Sepanjang perjalanan ini Johan tak akan menciumi Winda, cuma meremas remas jari lentiknya serta mengecupi kepalanya yang masih tetap kenakan penutup kepala. Rasa hangat serta nyaman hampiri perasaan Winda waktu ini. Hingga… Waktu truk mereka masuk lokasi jalan by pass yang gelap ini dekat simpang bandara yang baru saat ini, lelaki ini melambatkan laju truknya serta kembali menciumi serta melumat bibir wanita muda ini. Cuma saja herannya Winda jadi biarkan saja. Jujur dia mengaku ada desir – desir gairahnya yang mulai bangkit. Lantas Johan hentikan truknya di dalam jalan serta kembali… menciumi, melumat bibir samping bawah punya Winda kembali dengan lebih bergairah. Tangan kanannya mulai naik meraba temukan bukit padat yang membusung terbungkus di dada wanita muda itu. Meremasnya perlahan-lahan. Winda diam, matanya terpejam serta nikmati begitu gairahnya yang sudah terbit kembali meluap. Dalam keasyikan mereka itu. Tiba – tiba… Ada sinar dari lampu mobil dari arah berlawanan menyorot pada mereka. Serta segera Johan hentikan aksinya, lantas kembali ke posisinya menggerakkan mobil itu sampai tempat tinggal wanita muda itu.
Sesampainya dirumah, Winda masih tetap saja terbayang bakal perlakuan Johan pada dianya. Untunglah waktu ini suaminya tengah ada di Jakarta serta takkan tahu pergantian sikapnya itu. Sampai pada saat tidur saat malam ini Winda punya mimpi lakukan hal yang sama sampai ia disetubuhi oleh Johan. Dalam mimpinya ia terasa sangat senang, senang yang tidak sama sekali waktu ia lakukan dengan suaminya. Kembali saat ini Winda ke Pasaman, serta bekerja seperti umumnya. Sudah 3 minggu itu ia tidak bersua Johan. Kata kakaknya Johan tengah ada muatan ke Pematang Siantar. Winda sangatlah mengharapkan untuk bersua. Dianya dirundung rindu yang sangatlah merajam perasaannya. Winda seakan – olah jadi seseorang remaja putri yang sangat rindu pada kekasih waktu ini. Bikin pikirannya cuma tertuju pada Johan seseorang. Sebagian minggu lalu mereka bersua serta kembali pergi berbarengan waktu Winda akan pulang ke Padang. Waktu di perjalanan Johan minta Winda untuk melepas kacamata Winda. Winda heran mengapa dia meminta Winda melepas kacamata? ”Uda taragak mancaliak mato diek Win indak mamakai kacomato (Abang mau lihat mata Dik Win tak kenakan kaca mata) . ” kata Johan. Windapun menurut lalu melepas serta menyimpannya dalam kotak serta lalu memasukan dalam tas kepunyaannya.
Selama perjalanan ini Winda tak kenakan kacamata. Kembali tangan kiri Johan merengkuh bahu Winda, menariknya supaya duduk berdekatan. Winda yg tidak ngantuk berubah mendekati serta lantaran terasa tak enak dengan udara kaki lelaki ini dari bawah dashbord dekat stirnya ini lalu menegakkan kepalanya serta tak rebah dibahu Johan. Serta kembali dalam perjalanan menuju Padangpanjang Johan meminta Winda melepas penutup kepalanya ” Win uda taragak mancaliak rambuik Winda, salamo iko uda alun pernah mancaliaknyo, sabanta sajonyo, kan hanyo diateh oto iko, ndak ado do nan ka maliek (Win. . abang mau lihat rambut Winda…selama itu abang belum pernah saksikan. sebentar saja Win, kan cuma diatas truk itu, tak ada yang bakal saksikan) ” tuturnya. Dengan argumennya ia telah sangatlah lama mau lihat rambutku. ”Jaan daa, Winda alah barumahtanggo. . punyo anak. . Winda taragak manjadi ibu jo istri nan elok. . , sabab uda beko dapat barubah pangana. . , Winda kuatie da (janganlah lah bang, Winda telah berkeluarga, juga mempunyai anak, jadi Winda mau, jadi ibu serta istri yang baik, karena bila Win buka kerudung, kelak, abang dapat beralih pikiran, Winda cemas bang) ”. Winda terasa keberatan, karena terasa sangat telanjang bila kerudungnya terlepas. ”Alaa, Diek Winda jaan takuik ka uda, uda kan indak jaek, apolagi uda sayang bana ka Winda, meskipun alah punyo laki jo anak (Ala. . Dik Winda janganlah takut ama abang, abang kan bukanlah orang jahat, terlebih abang sangat sayang pada Winda, walau abang tau Winda telah mempunyai suami serta anak) ” kata Tetapi Johan menyakinkan. Winda bahwa itu cuma sebentar. Lantas Windapun meluluskan permintaannya. Penutup kepalanya dilepaskan serta di simpan, di pangkuannya sendiri.
Tangan kiri Johan naik serta membelai rambut Winda, dari atas lantas turun ke tengkuknya yang di tumbuhi rambut halus. ”Uda suko mancaliak bulu roma di kuduak diek Win (abang sukai lihat rambut halus di tengkuk dik Win) ” tutur Johan. ”Harum bana (sangatlah wangi) ” lanjut lelaki itu seraya menarik leher wanita muda ini mendekat kearah berwajah. Serta mencium tengkuk berbulu halus ini. Winda terasa geli serta merinding, karena gairahnya mulai terpicu. Lantas ia merebahkan kepala Winda di bahunya di selama jalan yang macet, pada penurunan Lembah Anai itu. Sesekali ia meraba pipi wanita muda itu ”Pipi diek Win aluih jo barasiah (Pipi dik Win halus serta bersih) ” lebih Johan. Winda diam saja. ”Biasalah laki – laki, sukai menyanjung. Seperti umum dikerjakan suamiku saat sebelum menciumi aku” batin Winda. Winda juga lantas berupaya memicingkan matanya.
Tetapi waktu laju mobilnya berhenti lantaran macet Johan coba menciumi pipi kirinya selalu turun sampai temukan bibir tidak tebal yang tersaput merah serta mengecupnya sebentar. Winda berupaya mengatupkan bibirnya tetapi tangan kanan Johan berupaya masuk kedalam kaos panjang lengan putih bergaris baju atasnya ini lewat bawah kaos. Tangan lelaki ini menyentuh pembungkus dadanya yang membusung. Winda memejamkan matanya ”Uhhh…’desah wanita muda ini perlahan-lahan. Hingga Winda tidak bisa berbuat apa apa terkecuali cuma nikmati serta larut lantaran tangan kanannya waktu ini masih tetap memegang penutup kapalanya di pangkuan. Sebagian waktu lalu Johan menarik tangannya serta kembali melajukan truknya menuju arah Sicincin waktu macet sudah selesai. Waktu di jalan Sicincin ini mobil waktu ini jalan perlahan-lahan lantaran macet, walau tangan kirinya di stir Johan dengan tangan kanannya merengkuh muka Winda, serta tiba – tiba saja bibir wanita muda tersebut di lumatnya. Winda segera saja terpana serta kaget, mukanya memerah. Tetapi Winda tak dapat geram lantaran rasa nikmat yang mulai muncul.
Pada akhirnya Johan melepas bibir merah punya Winda. Tetapi tangan kiri Johan saat ini meremas jari lentiknya. Setelah jari wanita muda ini di remasnya, tangannya mulai merayap masuk ke lewat belahan atas kaos kaos panjang lengan yang bergaris putih yang waktu ini ia gunakan berpadu dengan celana panjang. Winda sadar serta menahan laju tangan itu dengan tangan kirinya. Waktu ini baru sisi perutnya yang tersentuh oleh tangan Johan. Merasa hangat serta kasar. Tangan Johan lantas keluar serta dia kembali asik dengan stir. Waktu masuk jalan by pass… Jalanan gelap sekali cuma sebagian tempat saja yang di terangi lampu jalan, Johan menepi serta hentikan truknya di tepi jalan. ”Ko baranti da (mengapa berhenti bang) ? ” bertanya Winda bingung. Johan diam saja tidak menjawab, serta kembali merengkuh bahu wanita muda itu. Menariknya mendekat kearahnya. Serta di atas mitsubishi colt berwarna kuning itu bibir Winda kembali dikecupnya. Tak saja di kecupnya, kuluman serta lumatan juga dikerjakan Johan pada bibir lembut wanita cantik itu. Mengelitiki tiap-tiap ujung bibir tidak tebal itu dengan telaten.
Sedikit untuk sedikit gairah pada badan wanita muda itu bangkit. Winda membalas tiap-tiap lumatan bibir Johan, buka mulutnya memberi keleluasaan pada lidah Johan untuk nikmati kebasahan di dalamnya. Lidah mereka sama-sama berpilin, membelit didalam. Tangan kanan Johan merayap masuk kedalam kaos panjangnya lewat sisi bawahnya, bergerak naik keatas temukan bukit membusung padat di samping kanan lalun meremas serta memijit bukit padat punya Winda itu dari luar bahan pembungkusnya. Wanita muda itu seakan tidak dapat menampiknya. Winda berupaya melepas tangan Johan, tetapi hasratnya di kalahkan oleh keinginannya yang sudah terpicu. Dirasakannya demikian hangat serta cekatan tangan lelaki ini kirim berjuta-juta sengatan birahi di sana. Badan indahnya mulai menggeliat – geliat dalam dekapan Johan di dera nikmat pada sekujur pori – porinya. Selang seputar 25 menit lalu Johan hentikan tindakannya. ”Indak usahlah disiko, daerah iko agak angek, acok tajadi parampehan (Janganlah di sini, daerahnya riskan kerap berlangsung perampasan) ” katanya cemas lalu.
Winda diam, mengatur bajunya dari mulai kaos serta penutup kepalanya, juga mengatur napasnya yang pernah memburu dibarengi gairahnya yang pernah meninggi. Lagi juga persimpangan arah ke tempat tinggalnya sudah dekat. Mobil Mitsubishi kuning ini juga kembali bergerak. Winda terdiam sepanjang perjalanan menuju persimpangan tempat tinggalnya. Ada penyesalan dalam dianya waktu ini dapat ikut serta sejauh ini, tetapi seolah terhapuskan rasa yang muncul disebabkan perlakuan lelaki itu pada dianya. Demikian sesampainya Winda di tempat tinggalnya seputar jam 1/2 sepuluh malam ini Winda segera mandi. Nyatanya suaminya masih tetap ada di universitas. Malam ini Winda pernah bersetubuh dengan suaminya Winda heran malam ini ia kurang bergairah seakan cuma sangat terpaksa menggerakkan keharusan saja. ”Alah lamo awak indak bahubuangan diak (telah lama kita tak terkait dik) ” kata suaminya.
Winda terasa berhutang pada suaminya lantaran memanglah dalam minggu itu mereka belum pernah terkait tubuh. Dengan malas Windapun menuruti hasrat suaminya. Di ranjang mereka malam ini ditengah aktivitas suaminya mengayuh biduk asmara mereka, mendadak datang sekelebat bayangan berbentuk sosok Johan. Segera gairah serta nafsunya mereda. Winda segera kehilangan gairah di dalam pergumulan mereka, tetapi untuk menggerakkan tugasnya juga sebagai istri, jadi Winda berpura-pura nikmati jalinan ini sampai usai. Kegiatan Winda kembali seperti umum sampai ia kembali pada Pasaman, daerah tempat bekerjanya. Serta bekerja seperti umumnya. Hari ini hari Selasa. Waktu ia pulang ke kost-anya. Didapatinya tempat tinggal dalam situasi kosong. Rupanya sang ibu kost beserta suaminya pergi ke Palembang berkunjung ke salah seseorang anaknya disana. Serta praktis cuma Winda yang ada dirumah ini. Johan serta tidak terlihat. Besoknya pada hari rabu Johan nampak tetapi tak dengan truknya. ”Oto sadang di pelo-an di bengke (truk tengah diperbaiki di bengkel) ” katanya Johan menerangkan pada Winda waktu bertanya truknya.
Malam ini Johan mengajak Winda. ”Win. . alah makan Win (Win telah makan Win) ? ”tanya Johan. ”Alun lai da (Belum bang) ” sahut Winda. ”Kalua awak makan lah, ado tampek nan rancak untuk makan daerahnyo dingin jo tanang (Mari kita makan keluar, ada tempat makan yang bagus, daerahnya dingin serta sepi) jelas Johan mengajak wanita muda itu. ”Ndak baa do da (Bisa bang) ” sahut Winda. “Tapi jan lamo – lamo yo da (Namun gak lama kan bang) ? ” sambung Winda kembali. Lantas Windapun masuk ke kamarnya serta bertukar baju. Kenakan kaos panjang lengan berwarna merah muda serta jaket dan bawahan celana panjang memiliki bahan katun hitam lalu pergi bersamanya. Kebetulan ada mobil kakaknya yang ditinggal.
Suatu toyota starlet berwarna merah. Mereka pergi seputar jam 7 malam ini. Tempat yang mereka menuju terdapat agak jauh arah ke Medan namun masih tetap di lokasi Lubuk Sikaping seputar 1 jam perjalanan dari ibukota kabupaten rumahnya. Waktu ini Johan kenakan kaos oblongnya serta jeans biru Mereka makan di suatu warung makan yang terbuat dari anyaman bambu mirip saung yang dinding setinggi tertutup setinggi bahu orang dewasa. Mereka makan ikan bakar serta duduk dengan cara lesehan. Winda ada pada segi kanannya Johan. Memanglah tempatnya sangat romantis, terlebih saung ini lampunya redup serta bunyi jangkrik, meningkahi situasi makan mereka. Mereka makan, terlibat perbincangan, bercanda serta sesekali sama-sama menyuapi. Sesudah makan mereka duduk bersantai. Mereka mulai sama-sama berciuman, sama-sama berpelukan erat. Winda terlena oleh situasi. Winda rebah di pangkuan pada paha kirinya Johan. Winda memegang lengan Johan. Muka mereka sama-sama tatap dalam senyuman. Perlahan-lahan Johan membelai muka wanita muda itu. Merabai kehalusan kulitnya. Berwajah menunduk turun mendekati muka Winda. Winda rasakan jantungnya berdegup kencang Johan mengecup kepala Winda yang masih tetap tertutup, turun kekeningnya selalu ke pipi yang licin serta bergerak naik menjumpai sepasang bibir lembut yang memerah. Di kecupnya perlahan-lahan. Winda memejamkan matanya waktu bibir berkumis lelaki ini mulai melumat bibir tipisnya.
Awalannya Winda cuma diam tetapi pada akhirnya Winda mulai terima serta bereaksi serta turut arus lumatannya. Ada udara kuat yang menggiringnya untuk ikuti alunan gairah yang didapatkan Johan. Lidah mereka sudah sama-sama belit dalam kebasahan mulut Winda. Sedang tangan kiri Johan sudah mulai merayap. Awalannya mengelus leher sisi dalam selalu turun masuknya melalui lobang krah ke arah dada serta masuk kebalik bra serta meremasputing bukit padatnya yang membulat dengan perlahan-lahan. Rabaan tangan kanan Johan merayap di selama batang paha Winda mengelusnya bertukaran paha kiri serta kanan tidak terlewati walau ke-2 kaki Winda terus rapat. Alami penurunan di bagian dalamnya serta mengelusnya dengan lembut.
Lecutan gairah selekasnya meletup dalam diri Winda. Napasnya mulai memburu, tersengal -sengal. Lebih kurang 1 jam lalu baru mereka pulang ke tempat tinggal. Waktu di mobil peristiwa ini berlangsung lagi pada perjalanan pulang seputar 5 menit. Mobil starlet merah ini berniat di hentikan Johan. Di dalam mobil ini masih tetap di kursi depan Johan kembali meraba dengan tangan kirinya. muka serta selalu ke dada Winda yang waktu ini masih tetap terbungkus kaos panjangnya. Johan juga melumat bibir tipisnya. Winda cuma dapat diam walau lidah Johan dengan leluasa sudah mengait – ngait lidahnya dalam mulutnya… agak lama…. samping tangan Johan lantas berupaya masuk kedalam celana panjang katun yang Winda gunakan, tangan kiri ini menyelusup masuk serta mulai menyentuh sisi kewanitaannya di luar baju dalamnya Winda seperti tersengat… geli. tetapi Winda menariknya kembali tangan itu beraksi sebagian waktu. ”Jaan lah da…, Winda alah punyo laki jo anak (janganlah bang Winda telah memiliki suami serta anak) ” tutur Winda lirih. ”Winda malu…”tambah Winda coba menahan hasrat Johan waktu ini disela –sela napsunya yang sudah bangkit nyaris membakar dianya. Johanpun menurut serta kembali menghidupkan mesin mobil pergi menuju tempat tinggal. Serta demikian hingga mereka segera masuk tempat tinggal. Winda masuk kerumah pavilunnya serta selalu masuk ke kamar. Sedang Johan pergi lagi, ada masalah tuturnya.
Walau sebenarnya waktu ini Winda telah sangatlah terangsang, batinnya menuntut pelepasan serta jikalau dia datang menemuinya kembali untuk menyelesaikan apa yang mereka sudah mulai… Winda juga takkan kuasa menampik terasa. Namun nampaknya Johan memanglah tengah berupaya memancingnya. Paginya Windapun kembali menggerakkan aktifitasnya di kantor seperti umumnya Malamnya, malam Jumat ini mereka kembali makan malam berbarengan di luar tetapi tak ditempat kemaren malam ini. Denag arah yang sama ke arah Medan, namun berbelok kekanan. Situasi tempatnya seperti biasanya restoran, ada sebagian orang berkunjung untuk makan. Tempatnya juga tak demikian ramai. Winda maklum Johan mengajaknya ke luar dari kota ini supaya mereka tak di pergoki oleh rekannya maupun rekan sekantornya Winda. mereka cuma makan saja, kemesraan mereka tak seperti kemaren malam. Malam itu mereka cuma sama-sama berpegangan tangan saja. Serta kemudian mereka segera pulang Malam Jumat ini Winda sudah jatuh dalam pelukan serta takluk pada keperkasaan Johan diatas ranjang. Ya.., semalaman mereka terkait sampai pagi.
Pagi hari Johan bangun terlebih dulu, meninggalkan Winda masih tetap terlelap di ranjang yang sudah berantakan itu. Waktu Winda bangun ada sedikit rasa sesal di hatinya, selangkangannya merasa sedikit nyilu. Masih tetap tercantum dalam benaknya bagaimanakah perlakuan Johan pada tiap-tiap pojok badannya, terlebih waktu – waktu penetrasi yang dramatis. Pagi Jumat ini Winda mandi sebersih – bersihnya, berupaya supaya jejak – jejak di badannya hilang. Ya…, Winda cemas bila jejak – jejak ini bakal tampak. Jejaknya mungkin saja dapat hilang, namun enaknya akan tidak pernah hilang, juga sprei tempat tidurnya direndamnya juga.. Winda masuk kantor pagi Jumat ini seperti umumnya. Dari kantor Winda menelepon ke Padang memberitahu suaminya bahwa ia tak dapat pulang, ada masalah kantor yang perlu di bereskan, sekian argumennya. Winda berbohong, berupaya untuk memperoleh tengat saat yang cukup untuk menyingkirkan jejak memerah di badannya serta mencari penyelamatan diri dari perselingkuhan yg tidak dihendakinya ini Di kantor seperti umum, Winda merampungkan dengan baik semua pekerjaannya sampai seputar jam 1/2 5 sore Jumat ini. Selekasnya ia pulang.
Sesampai dirumah wanita berkulit putih ini segera menuju kamar mandi, membersihkan baju serta sprei yang sudah ia rendam pagi ini. Serta sesudahnya segera mandi. Winda waktu ini kenakan kaos bertangan panjang, serta celana panjang enjoy berwarna hijau muda tersebut penutup kepala seperti umum, Tampak fresh serta cantik ia sore ini. Kembali didalam tempat tinggal paviliunnya ini Winda bergelut di dapur memasak untuk dianya. Lantas membereskan kamarnya, membereskan seluruhnya yang dia anggap tak pada tempatnya. Senja ini seputar jam 6 sore. Ini Johan datang. Tanpa ada bicara sepatahpun segera ia menuju tempat tinggal induk serta terdengar mandi. Kenakan baju panjang, tidak lama kemudian Johan mendatangi wanita muda yang tengah duduk di ruangan tamu pavilion kamarnya ini. Sembari berdiri di pintu ia ajukan pertanyaan pada Winda “Winda, indak pulang ka Padang (Winda, pulang ke Padang ‘gak) ”?. “Ma dapat Winda pulang… (mana dapat Winda pulang).. “, sembari berdiri di pintu paviliun Winda sewot menjawab. “Winda alun siap ka Padang, takuik pado kasalahan malam kapatang (Winda belum siap ke Padang masih tetap takut pada kekeliruan yang berlangsung malam kemaren) ” lebih wanita bertubuh sintal itu… “Di tubuh ko panuah jajak pa-buek-an uda.. (di badan itu penuh jejak perbuatan abang) ” “Apolai jikok uda Winda mintak jatah, dapat kiamat beko (terlebih bila suami Winda minta, jatah dapat kiamat) ” tutur wanita muda itu menerangkan. Johan cuma tersenyum serta duduk di samping kanan Winda. Lantas ia berkata. “Uda ka pai ka Medan malam ‘ko (Abang ingin pergi ke Medan malam ini) ”. “ Untuk 3 hari se nyo (untuk 3 hari) ” imbuhnya. Lalu dia mencapai jemari wanita muda itu. “ Uda sayang bana ka Winda (abang sangatlah menyayangi Winda) ” Winda diam saja, terasa sia-sia untuk menampik lantaran telah tak ada lagi yang butuh ia pertahankan, karena jalinan yang terwujud di antara mereka telah tidak ada batas lagi mulai sejak malam Jumat yang bergelora kemaren. Johan jalan hampiri Winda yang duduk dengan tangan masih tetap ada di pangkuannya, melihat mata melihat kedepan, menerawangnya. Mengajaknya supaya duduk di samping kirinya. Lebih dekat pada sofa di ruang ini. Ke-2 tangan Johan ada berada pada bahu kiri Winda, perlahan-lahan lelaki ini mendekatkan berwajah, serta mulai mengecup. Bibir berkumisnya berlabuh pada kening wanita bertubuh sintal itu… Winda diam membiarkan saja, bibir berkumis itu meluncur turun di selama pipi halusnya sembari tidak henti mengecup pipi samping kiri itu, dari dahinya menuju dagu yang lancip, naik keatas temukan ke-2 bibir lembut wanita muda serta segera melumat Sebagian waktu Winda membiarkan serta terima saja perlakuan Johan pada bibirnya ini. Lelaki gagah ini saat ini menjulurkan lidahnya, menyelusuri permukaan lembut bibir Winda mili untuk mili, menekan ke-2 bibir itu supaya memberi jalan, meyelusuri tiap-tiap permukaan gusi dengan lembut serta perlahan-lahan. Ke-2 bibir wanita muda itu buka dengan perlahan-lahan, iapun selalu mengulum rongga mulutnya sebagian waktu sampai Winda tergerak membalasnya…, mulai menghisap.. serta ke-2 tangannya dengan nakal menjamah dada Winda yang waktu ini masih tetap kenakan pakaian komplit.
Winda menengadahkan kepalanya menyongsong dengan sukacita. Badannya mulai bertumpu ke bahu lelaki itu. Winda ikuti saja… perbuatannya badannya mengeliat-geliat dalam geli yang memabukkan. Lantas diapun melepas pagutan pada bibirnya. Johan berdiri mengambil langkah ke arah pintu, menutupnya serta kembali kearah wanita muda itu. Ditariknya tangan kanan Winda untuk masuk kamarnya. Dalam sinar lampu yang jelas Winda tidak sedikitpun berupaya menampik. Merebahkan Winda di ranjang biru muda dalam kamarnya, terlentang…, lantas melepas busana Winda termasuk juga baju dalamnya yang berwarna putih, juga baju yang dikenakannya termasuk juga baju dalam biru tuanya yang membungkus pertemuan pahanya. dengan cepat tergesa – gesa sekali. . , melemparkan seluruhnya di lantai. Winda cuma melihat dengan nafas yang mulai tidak teratur. Ada ketakutan serta hasrat kuat yang bercampur Winda tau Johan mau mengerjakannya lagi seperti juga hasratnya juga.
Masih tetap terpatri kuat dalam benaknya peristiwa malam pada awal mulanya yang sangatlah melenakannya…. Winda terlentang pasrah, badan Johan mulai menindih, serta ke-2 kaki wanita muda ini di bukanya. Winda yang tengah memeluk bahu lelaki ini, tidak sadari waktu ia sudah memasukkan kejantanannya pada kewanitaan Winda. Cuma rasa nyilu terbit dari pertemuan pahanya, badannya terlonjak kekiri serta kekanan. Lelaki ini bergerak perlahan-lahan, menghunjamkan pinggulnya pada pertemuan ke-2 paha Winda yang ke-2 kakinya terbuka lebar. . , dengan tempo yang teratur. Pinggul wanita muda ini menyentak keatas, menyambutnya, menjemput hunjaman batang kokoh tersebut… sampai pada akhirnya Johan menghunjam dengan kuat, menekankan kejantanannya se dalam-dalamnya, menggeram…, serta meraih klimaks. Melepas seluruhnya di dalam badan wanita muda ini. Lantas badannya jatuh masih tetap di atas badan wanita berkulit putih tersebut… Walau sebenarnya Winda belum apa – apa.
Sesudah ia hingga klimaks iapun berdiri kenakan bajunya kembali, menjauh darinya masih juga dalam kamar itu. “ Uda ka pai ka Medan, jadi tadi ini adolah raso nan ‘ndak uda berikan ka Winda (Abang bakal ke Medan jadi tadi ini yaitu rasa yang mau abang berikan pada Winda) ”, ucap Johan. “ Uda mohon maaf, uda tau Winda alun apo – apo, lain wakatu uda ‘ndak mamuehkan diek Winda (abang mohon maaf, abang tau Winda belum apa- apa, lain waktu abang bakal memuaskan dik Win) ”, lebih lelaki berkulit gelap itu. Winda terasa aneh, Johan jadi mohon maaf lantaran persetubuhan ini cuma memuaskan satu pihak saja. Johan minta izin pergi malam ini sangka – sangka jam 9 malam. Malam ini Winda tinggal sendiri di kamarnya, ada rasa kecewa lantaran Winda terasa cuma jadi fasilitas pelampiasan nafsu Johan saja. Serta Sabtu ini Winda terus dirumah saja, lantaran Johan ke Medan sepanjang 3 hari. Membereskan tempat tinggal, serta membereskan baju untuk bekerjanya Senin kelak. Jam 10 pagi suaminya telpon. bahwa dia serta anaknya bakal ke Bukittinggi hari Sabtu ini sekalian berkunjung di tempatnya. Suaminya datang seputar jam 3 sore dengan mobil mereka di tempatnya berbarengan anaknya tersebut mertua Winda. Sepanjang hari ini Winda asik dengan anak serta suaminya… jalan – jalan di daerah ini. Tidak sedikitpun ada peluang atau saat untuk wanita muda itu serta suaminya agar bisa sedikit bermesraan serta terkait seperti suami istri. Minggu sore seputar jam jam 5 sore suaminya pulang ke Padang. Windapun kembali larut dengan rutinitasnya. . Waktu ini Winda baru pulang dari kantor seputar jam 5 sore. Masih tetap sendirian dia lantaran kakaknya Johan masih tetap belum pulang Winda juga mandi bersihkan tubuhnya, lantaran raih sepanjang hari kerja.
Selasa malam ini Johan pulang. Dia juga segera ke tempat tinggal serta mandi. Waktu ini Winda kenakan kimono tidur tersebut penutup kepala seperti umum serta celana panjang bermotif bunga. Kenakan gunakan celana pendek serta cuma kaos kutang Johan lantas menjumpai Winda di kamarnya serta minta Winda temaninya makan, didalam tempat tinggal kakaknya karena waktu ini ia membawa oleh – oleh makanan yang ia beli di jalan. Winda yang rasakan lapar pada akhirnya ingin temaninya makan senja ini. “ Win, uda bali nasi jo gulai kambiang di tampek berlangganan, lamak mah, kawani uda makan yo (Win, abang, beli nasi dengan gulai kambing ditempat berlangganan, itu enak Win, kawani abang makan ya) ? ”, kata Johan. Winda menurut saja serta menghidangkan makanan ini buat mereka makan malam ini.
Sesudah makan Winda rasakan makanan sangat kentara ‘panas’nya ‘maklum gulai kambing’ pikirnya badannya memanas peluhnya keluar, sampai keningnya basah, Johan juga demikian. Sesudah makan waktu ini mereka duduk bertemu, masih tetap didalam tempat tinggal ini. Winda menceritakan perihal kehadiran suaminya hari Sabtu ini pada Johan. Johan cuma tersenyum simpul serta tak sedikitpun terasa iri atau cemburu mendengar pembicaraan wanita muda berkulit putih ini. Lalu ia berdiri serta mencapai tangan kanan Winda serta menariknya kearah kamarnya. Winda agak keberatan, berupaya melepas tangannya lantaran tidak terbiasa… “ Ado apo kok Winda di bao ka siko da (ada apa kok Winda di bawa ke sini) ? , bertanya Winda jengah. “ Ado sasuatu untuak Winda (ada suatu hal buat Winda) ” jawabnya… Winda dengan sedikit menahan diri mengambil langkah ke kamar yang terdapat di samping kiri terpisah dari tempat tinggal induk berlantai kayu ini dengan bergandengan tangan. Winda disuruhnya duduk di tepian kasur spring bed dalam kamar ini, kakinya menjuntai.
Winda duduk saja ikuti permintaannya lantaran Johan memohon dengan sangat sangatlah, tidak terbersit sedikitpun bakal hal- hal yang bisa berlangsung pada benak wanita cantik itu, menurut saja. Springbednya 1 lapis saja telah lusuh serta tidak sering dicuci kelihatannya. Juga bau rokok serta minuman terbersit pada hidung wanita bertubuh sintal ini. Winda menyadari kamarnya yang agak jorok serta disana sini banyak puntung rokok serta botol – botol minuman. . Lalu Johan memgeluarkan suatu hal dari dalam laci meja di kamarnya berupa kotak berwarna hitam. Rupanya ia barusan beli suatu kalung berwarna seperti emas putih. Winda terasa tersanjung atas sikapnya ini serta terasa terpuji. . “Iko hadiah (itu hadiah) ” tuturnya. “ Uda mintak Winda mamakainyo saat ini juo (Abang minta Winda ingin memakainya saat ini juga) ” pintanya. Winda berupaya menampik “Indak usahlah da…malu…” tuturnya dengan tersipu-sipu. serta terasa tidak mau memakainya tetapi Johan yang waktu ini berdiri di depannya selalu memaksa.
Pada akhirnya dengan sangat terpaksa, Winda membiarkan lelaki ini bergerak kebelakang untuk melepas kalung ini yang tengah dipakainya. Winda menurut membiarkan, jadi membantunya. Johan melepas penutup kepala Winda yang lalu di tempatkannya dia atas ranjang, dan melepas kalung yang sepanjang ini membelit di lehernya. lalu memberi kalung yang sampai kini Winda gunakan ketangan Winda, serta memasangkannya kalung berwarna putih ini pada leher mulusnya dari arah belakang, serta sejak saat ini Winda menggunakan kalung pemberian Johan. Sesudah kalung putih itu terpakai, Johan mulai menciumi serta mengelus tengkuk samping kanannya. Tangan satunya merangkul pinggang Winda dari belakang. Winda merinding, kepalanya menunduk lantaran geli, Winda berupaya menampikkan kepala Johan dengan tangan kanannya tetapi Johan selalu saja menciumi tengkuknya, Winda kegelian… serta Johan tidak juga berhenti, sedang tangan kirinya telah tak ada di bahunya lagi, bergerak lewat ketiak ke depan, pada bukit padat yang membusung di dada Winda. “Uhhh…. . ”Winda mengeluh rasakan gairahnya kembali terbit, lantas jemari ke-2 tangannya, memilin bukit padat yang membusung di dada Winda yang waktu ini masih tetap terbalut kimono serta baju dalamnya. Winda lantas berupaya melepas tangan Johan yang ada di dadanya, tetapi tak dapat lantaran tenaganya lelaki itu kuat tidak tergoyahkan…! Sampai kancing kimono ini pada akhirnya dilepaskan Johan. Winda diam saja sampai baju itu jatuh ke lantai. Membaringkan badan sintal yang terbuka di bagian depannya sampai pinggang ini diatas ranjang. Cuma dua buah cup berwarna hijau muda polos, memiliki ukuran 34b yang masih tetap menutupi bukit padat yang membusung indah di dada pemiliknya. Perlahan-lahan Johan menciumi belahan dada yamg memutih mulus ini, mata Winda memicing nikmati rasa geli yang muncul. “Ahh……. . ”rintih wanita muda itu tidak henti-hentinya. Sampai pada akhirnya penutup dada Winda terlepas serta membebaskan bukit padat di dada wanita muda ini bersentuhan dengan hawa bebas. Johan membalikkan badan Winda menyamping, sampai mereka bertemu.
Tangannya mencapai kebelakang, pengait penutup dada Winda dilepaskan tersebut kimononya. Tidak sedikitpun wanita muda itu berupaya melarang atau menampik, lantaran dirinyapun sudah tidak mempunyai lagi yang perlu dipertahankan. Waktu ini baju atasnya telah terlepas, badan mulus memutih itu telanjang sampai pinggang. Pikirannya kosong… Cuma tinggal celana panjang yang masih tetap pada tempatnya. Kembali Johan membalikkan badan mulus ini menelentang, mulai berupaya menarik celana itu. Winda membiarkan saja memandang sendu di wajah lelaki gagah itu. jadi menolong memudahkan dengan mengangkat pinggul sampai baju dalam yang memiliki ukuran medium serta berwarna putih polos yang disebut lembaran kain terakhirnyapun sampai meluncur turun pada ke-2 tungkai mulusnya serta terlepas dilantai. Winda telanjang serta terkulai pasrah diterpa nafsunya yang mulai bergelora. Johanpun berdiri, melepas seluruhnya kain yang menempel di badannya, dalam tatapan pasrah Winda yang terlentang… telanjang. Lantas rebah di samping kiri nya. Winda juga mulai menginginkannya, mungkin saja lantaran dampak makanan tadi bikin badannya seolah sangat panas bergairah. Johan bergerak ia selalu membelai dari dada sampai pusat kewanitaannya. Jari tangan kanannya masuk ke lepitan kewanitaan yang basah…, ! ! ! dibantu oleh ke-2 kaki Winda yang buka memberi jalan… Winda cuma dapat memandang mata Johan. . , menggeliat bak cacing kepanasan serta merintih… “Ohh………”. Lantas Johan berdiri dalam tatapan Winda pada punggungnya dia serta mengambil suatu botol berwarna hitam yang terdapat diatas lemarinya. serta kembali duduk di samping kiri wanita muda yang sudah telanjang itu. Menuangkan berisi yang berwarna merah, keatas perutnya sampai dada serta lehernya sangat wangi. Lantas ia menjilat cairan ini yang telah tumpah diatas kulit perut serta noktah pusarnya sampai leher, ada rasa geli dingin serta gairah yang Winda rasakan dalam cahaya lampu kamar yang waktu ini jelas benderang. Ia menjilatnya sampai tandas, lantas kepala Johan turun, meluncur kearah kewanitaannya, badannya kembali ada di lantai, dengan ke-2 tangan tidak henti-hentinya menekuni bukit padat pada dada wanita bertubuh sintal itu. Spontan ke-2 kaki Winda buka, dianya terangsang hebat…. . Waktu dianya yang diam nikmati, Johanpun buka kewanitaan Winda dengan jemari tangan kanannya, lantas menjilatnya dengan lidahnya yang merasa kasar. Wanita bertubuh mulus ini cuma dapat menggeliat serta merintih-rintih.
Winda memiringkan badan lantaran nikmat serta geli yang dirasa berbarengan. menarik kepala lelaki ini. Dengan intens lidah Johan…. selalu bermain di liang kewanitaan wanita bertubuh sintal itu, memggelitiki sisi lembut yang memerah muda serta sudah badah ini. Nampaknya ia sangat mau menyempurnakan serta menyelesaikan gairah yang semakin membulak-bulak yang menempa badan sintal ini. . , sebagian waktu lalu Winda… orgasme…! ! ! Badannya mengejang. . , pinggulnya menelikung keatas sembari merintih dengan keras. Waktu ini Winda cuma dapat memicingkan mata… kejang, . . serta merintih. . , seluruhnya cairan kewanitaan kepunyaannya dihisap Johan…! ! ! Johan bangkit. lantas ia melihat wanita sintal yang terbaring bersimbah keringat. Tangannya yang berbulu kekar buka ke-2 kaki Winda yang mulai merapat kembali, lantas mencapai tangan kanan Winda dengan tangan kanannya, mendadak saja Winda rasakan. . menyentuh serta memegang. . suatu tonggak yang kuat. Dianya kaget, rupanya Johan menarik tangan wanita muda ini supaya memegang batang kejantanannya yang kokoh. Winda takjub lantaran ukurannya yang luarbiasa.
Lantaran agak takut dilepaskannya kembali. Tetapi Johan dengan cepat menarik tangan wanita berkulit putih ini supaya kembali memegangnya. Winda menggenggamnya sembari melihat ke muka lelaki yang terbaring di sebelahnya dengan rasa cemas takut bakal menyakitinya. . , sebagian waktu lalu Winda melepaskannya kembali… Lantas Johan merangkak diatas badannya yang sudah lemas serta telentang. Ke-2 kaki wanita muda di di bukanya serta ia berjongkok memposisikan kejantanannya dengan tangan kanannya pas pada lepitan basahnya. Menggesek-gesekkannya seperti kesukaannya, Windapun ikut bergerak, menggeser pinggulnya supaya ujung membola batang kokoh ini pas pada lepitan kewanitaannya. Winda memicingkan mata yang ada cuma perasaan geli serta mau cepat – cepat di masuki saja… Lantas batang kaku ini masuk pelan pelan dengan lancar, awalannya geli, basah serta sebentuk benda hidup masuk. . , telah tak sakit lagi…! ! ! “Uhh…. ”rintih Winda. Badan Winda terlonjak waktu segera mentok. . ! Ke-2 kakinya terus terbuka. Kembali semua badan wanita ini di eksplorasi Johan dengan tangannya sampai Winda terasa sangatlah sangat bergairah.
Tengah ke-2 tangan wanita muda bertubuh sintal ini di bukanya serta jari merekapun sama-sama mengenggam. di samping bahu telanjang wanita muda ini. Lidahnya menggigit serta menjilati bukit padat tersebut puncaknya di dada wanita berkulit putih itu perlahan-lahan. Bertukaran samping kiri serta kanan. Lalu… lelaki ini bergerak menarik pinggulnya perlahan-lahan, hingga lepitan kewanitan Winda seperti tertarik keluar serta demikian sebaliknya waktu batang kokoh itu menusuk ke. Kepala wanita muda terlempar ke kiri serta ke kanan karena sangat enaknya rasa yang menderanya. Pinggul padatnya bergerak menyongsong dengan memutar dibawah lantaran terangsang hebat aliran strum birahi serta sesekali menyentak keatas ke bawah pada tiap-tiap hujamannya. “Ahh……. . ”klimaks kembali hampiri wanita muda itu. Ada rasa seperti tersengat listrik…, badannya melengkung keatas serta ke-2 kakinya menjepit pinggangnya di belakang. Semua badannya mengeletar dengan pinggul yang bergerak liar. Winda mau ia berlama lama serta tidak cepat klimaks. Kewanitaannya ber denyut-denyut seakan menjepit merapat dengan kuat. Bikin Johan sangat bernafsu sekali serta bergerak semakin cepat.
Waktu ini yang bikin Winda terasa takjup waktu Johan memompa ini sangatlah kuat, iramanya perlahan-lahan dengan batang kejantanannya yang kokoh tidak henti menghunjam serta sampai sekian kali serta sangka – sangka 15 menit lalu ini Johan makin cepat serta menumpahkan spermanya sembari menggeram Ada rasa hangat tumpah dalam kewanitaannya. . , di rahimnya. Johanpun mendiamkan kejantanannya didalam sebagian waktu Lantas menggelosoh kesamping. . Kenikmatan terpancar di wajah wanita muda itu. Semburat memerah terbit pada berwajah. Berpelukan mereka terbaring dia tas ranjang yang sudah basah serta berantakan itu. Winda terpejam serta terasa hangat pada kewanitaannya. Winda senang.
Lalu Johan berdiri serta mengambil langkah masuk kekamar mandi. Winda cuma melihat, terlentang serta telanjang dengan kaki masih tetap terbuka, yang ada pada pikiran waktu ini cuma rasa terlepas, senang serta badan raih, kehabisan tenaga serta daya. Rupanya ia barusan mandi, waktu Winda melihatnya keluar dari kamar mandi dengan berlilitkan handuk pada pinggangnya. Johanpun lalu meminta Winda untuk bersihkan diri di kamar mandi ini. Windapun menurut serta beranjak ke kamar mandi, telanjang… Dalam kamar mandi ini Winda mengguyur badannya dengan air dingin, fresh sekali terasa.
Pada saat menyabuni tidak sedikitpun terbayangkan perlakuan Johan pada awal mulanya di bagian – sisi badan mulusnya, yang utama badannya bersih serta tak ada keringat maupun bekas bau badan Johan. Lantas Winda melongok ke luar kamar mandi Winda meminta handuk untuk menutupi badan telanjangnya yang sudah fresh. Johan mendekat memberi handuk yang ia gunakan, untuk menutupi serta mengeringkan badan wanita muda yang basah sesudah mandi. Winda mengambil langkah keluar dari kamar mandi dengan menakai handuk yang berwarna biru muda, agak kotor serta bau, mungkin saja tidak sering di bersihkan, tetapi Winda tak memiliki pilihan. Di kamar Winda juga kembali mencari mencari untuk kenakan pakaian dalamnya tetapi tak ada serta Winda ajukan pertanyaan. Pada akhirnya carik segitiga ini bisa di dapatkan Johan tergeletak di pojok ranjang-nya. Winda tak sadar bahwa benda kecil ini semula terlempar oleh perbuatan mereka berdua. Johan berdiri mendekati di depan Winda. Winda berupaya merebut kain segitiga penutup pertemuan pahanya dari tangan Johan. Sembari bercanda Johan melemparkan benda ini ke atas ranjang. Winda bergerak cepat mencapainya, nyaris bisa tetapi tidak di sangkanya handuk yang melilit badan sintalnya lepas dari badannya. “Aw… ah. . ah. . uda (aw… ah. . ah. . abang) ”, Winda menjerit manja.
Winda kembali telanjang, berupaya tutup pertemuan pahanya dengan tangannya. Johan yang sudah kenakan celana dalam ini kembali memeluknya. Winda segera terjerembab jatuh ke atas ranjang ini diikuti badan lelaki serta segera ditindih oleh badan besarnya yang masih tetap lembab setelah mandi. Johan berupaya menciumi bibir wanita menggairahkan itu. Winda yang gelagapan tidak menduganya terima perlakuannya ini hingga mereka sama-sama kulum. Waktu ini Winda juga tidak ingin kalah, membalas tiap-tiap hisapan lidah Johan Sesaat ke-2 tangan ada di samping kepala Winda, sedang perasaanah tangan Winda mendekap bahunya. Dibawah, Winda cuma dapat membalas perlakuan bibir serta lidah Johan, walau ke-2 kakinya sudah buka, meletakkan badan Johan salah satunya. Tangan kirinya lantas mencapai bukit padat membulat di dada Winda serta meremasnya, bibir berkumis lelaki itupun turut andil dengan berikan gigitan kecil pada bukit padat yang membusung di bagian kanan hingga Winda mulai bernafsu lagi serta ikuti aksi Lelaki ini dan serta membalasnya. Tangan kiri Johan lantas menyelusuri perut turun kearah bawah pusar temukan gundukan hangat kewanitaan Winda, serta jarinya masuk kedalam. . ! ! Winda makin tak karuan, Winda telah mulai basah, gejolak badannya telah menegang, mendesah… Sesaat tangannya masih tetap meremas ke-2 bukit membusung di dada Winda yang puncaknya makin menjulang, badan Johan turun, bikin rasa basahnya makin jadi – jadi waktu kepala Johan turut turun, menjilat semua isi kewanitaannya.
Winda sudah pasti menjepit kepalanya lantaran rasa geli. . , gairah. . , serta rasa yang seolah meledak didalam badannya sesaat ke-2 tangannya ada pada kepala lelaki itu, menarik serta menjambak rambutnya. . ! ! Winda mendengus, “Mnnnh ah mm ugh… mm”, Winda mulai rasakan ada aliran basah mengalir dari dalam kewanitaannya. Lalu Johan bangkit serta berdiri, memposisikan badannya sejajar di atas badan indah wanita muda itu. Badanmya sudah telanjang juga. Rupanya waktu lakukan rangsangan pada Winda, Johan juga menanggalkan baju dalamnya sendiri. Dengan ke-2 tangannya dicapainya ke-2 kaki wanita muda ini serta membukanya, sesaat Winda cuma dapat memegang dengan erat kain sprei… Johan mengarahkan batang kokoh kejantanannya, bersiap masuk badan wanita muda yang sudah terkangkang pasrah ini.
Winda tidak berani melihat ke bawah serta cuma memandang ke samping lantaran agak malu, cemas serta jengah… Perlahan-lahan Winda rasakan sebentuk batang yang kokoh tengah masuk badannya dibawah. Wanita muda ini menggigit bibir bawahnya lantaran dirasakannya masih tetap merasa seret serta nyilu. Tidak bisa lagi ia hentikan lantaran sudah mulai masuk. . , terasa panas serta kaku. . ! Lelaki ini bergerak memajukan pinggulnya, mendorong batang tegangnya sampai masuk seluruhnya. . “Ou… uhh. . ” erang Winda waktu batang tegang yang kaku ini amblas terbenam…, badannya menggial… matanya memicing… dengan tangan mencengkeram sprei. Winda tau keseluruhnya batang tegang Johan sudah tenggelam amblas dalam kewanitannya waktu merasa selangkangan lelaki ini waktu berbenturan dengan pertemuan ke-2 paha Winda. Johan diam sebagian waktu. Perlahan-lahan ditariknya kembali. Merasa lepitan kewanitannya tertarik kembali. Waktu Winda mulai rasakan nyaman pada kewanitaannya dengan batang tegang ini didalamnya. Winda mendesah keras, “Ouhh……” Baru sebagian senti kurang lebih seperempat sisi yang keluar Johan mendorong pinggulnya lagi, sangatlah perlahan-lahan. . ! sampai mentok, terasa hangat, masih tetap ada sedikit rasa tidak tipis serta nyilu…! ! Johan menarik kembali pada sebagian waktu sampai berulang- lagi, Gerakan Johan makin cepat, “Uu…auuu… ugh. . ugh…” Winda mendesah dengan cepat.
Walau tidak ada gerakan bermakna dari badan wanita muda bertubuh indah ini lantaran telah terasa raih serta otot pinggulnya terasanya kaku, ia sangatlah nikmati persetubuhan itu. Winda jadi agak malu lantaran waktu Johan bergerak meningkatkan pinggulnya ini terdengar ada kecipak bunyi – bunyian pada pertemuan ke-2 selangkangan mereka yang sudah basah oleh keringat. Sampai saat ini Winda masih tetap terasa malu pada dianya jika mengingat ini. Sebagian waktu lalu Winda mengerang keras dengan serak, matanya terpejam serta meledak…, badannya menegang kejang. . , melentingkan punggungnya keatas bak ulat tertusuk duri, menjepit ketat pinggul Johan dengan ke-2 kakinya yang sama-sama berkait di belakang Sisi dalam kewanitannya kembali berkedut-kedut. Jiwanya terasanya enteng, terbang melayang… lantas terkulai. . raih. . “Oh… ahhhhhh… addduhh… ‘duhh” Johan masih tetap selalu bergerak, menghujamkan batang tegangnya pada kelembutan basah kewanitaan Winda tidak berhenti… jadi makin cepat. . ! ! ! Winda telah sangatlah lemah waktu ini, cuma terlentang, terkangkang pasrah. Ke-2 tangannya tergolek tak berdaya memegang apa pun. Cuma nada kecipak pertemuan kelamin mereka saja serta nafas Johan yang memburu riuh terdengar dalam ruang ini.
Selang beberapa saat Johan dengan cepat menyusul. Seraya menggeram ia menyentakan pinggulnya ke bawah dengan kuat bikin pinggul wanita muda ini tenggelam dalam kelembutan ranjang, menyemburkan cairan kental yang hangat kepunyaannya didalam kewanitaan Winda. Serta iapun rebah lagi di atas badan wanita bertubuh sintal ini sebagian waktu, lantas menggelosoh ke samping Winda. . Jam 2 malam ini juga Winda meminta di antar kembali pada kamarnya tetapi Johan memaksanya tidur di situ. “Da… Winda. . ka kamar malam iko yo (bang Winda. . kekamar malam itu ya. . ) , “Beko Uni uda pulang baa pulo? Dapat kritis da (kelak kakak abang pulang bagaimana? dapat kritis bang. . ) ”. kata Winda terus ngotot. Winda takut bila mendadak kakaknya pulang sedang Winda ada didalam kamar adiknya. “ Kan Winda masiah latiah, disiko sajo lah. Uni pulangnyo indak mungkin saja malam ‘ko (kan Winda masih tetap letih, di sini sajalah, kakakku pulangnya ‘gak mungkin saja malam itu koq) ”, sahut Johan. “Winda indak namuah lalok disiko, bila di caliak urang lain tantang awak apo pulo katonyo beko (Winda tidak ingin tidur di sini, kelak bila dipandang orang lain perihal kita bagaimanakah) ? ”, kata Winda menerangkan. Dengan berat hati serta malas-malasan Winda mengambil langkah diantar Johan ke kamarnya, walau tak terlampau jauh. Serta untungnya jalan menuju kamarnya lampunya tak ada hingga akan tidak ada orang yang tau.
Waktu hingga di pintu paviliunnyanya. Winda masuk namun dengan nakal tangan Johan masih tetap pernah mencapai dada membusung Winda yang segera menepisnya. Karena sangat lelahnya Winda tak cermat hingga penutup segitiga baju dalamnya masih tetap ketinggalan di kamar Johan. Winda berbisik pada Johan, “Da, sarawa Winda lupo…, (bang baju dalam Winda lupa di gunakan) ”dengan tersenyum Johan berkata, “Bisuak lah uda anta-an, maleh bulak baliak (besok abang antarkan, malas bolak balik) . Demikian tau Winda tak kenakan pakaian dalamnya, tangan Johan lansung mencapai ke bawah, berupaya meraba kewanitaannya yang tertutup baju tidur. “ Malu ‘da, iko kan dilua (malu itu kan di luar bang. . ) ”, kata Winda Winda lalu membersihkan muka serta berbaring. Segera ia tertidur lantaran kelelahan yang sangat sangatlah disebabkan persetubuhan tadi. Serta besok nya kembali bekerja seperti umum. Winda juga telah lupa baju dalamnya yang ketinggalan di kamar Johan. Sesudah dia menyampaikan bakal menyimpannya ditempat yang aman. Winda tak cemas lagi. . Baca juga post Cerita SEX sebelumnya.. Cerita Sex Tubuh Seksi Istri Temanku
_______________________________________________________________
Seks Eseks, cerita dewasa sex, cerita sex terbaru, cerita seks, cerita dewasa, cerita seks terbaru, cerita dewasa terbaru, cerita dewasa, kumpulan cerita sex, blowjob, handjob, cerita sex dewasa, cerita seks dewasa, tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex, cerita kenikmatan,cerita bokep, cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi, cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep, Seks Eseks.